Masih tentang id, ego, dan super ego
Photo by Angela Ngurah Rai Airport |
Sekarang
lagi di ruang tunggu, waktu transit yang terlalu menjenuhkan, yang lain buka hp, saya buka laptop (lebih
canggih dari ukurannya) lebai sedikit
tidak apa-apalah... Masih ingat
tulisan saya sebelumnya? Tentang id, ego, dan super ego. Tulisan ini
kelanjutannya, dibaca ya…biar nyambung seperti sinetron. Agar tulisan ini mudah
diserap, ayo kita berkenalan dengan orang yang memperkenalkan teori ini, Om Sigmund Freud…
Sigmund
Freud dikenal mampu menyembuhkan pasien-pasien dengan penderitaan psikis yang
tidak dapat disembuhkan oleh tenaga medis atau dukun. Ada banyak pasien yang
cukup menarik dan ia catat dalam bukunya sebagai subjek yang dipelajari. Namun
saya akan mengulas satu pasien saja.
Anna.O, (nama belakang keluarga disamarkan
Freud) seorang wanita yang selalu merintih kesakitan pada kakinya dan sesekali
ia tidak bisa berjalan. Namun dalam penglihatan medis, gadis ini tampak normal
dan sehat. Ia lalu diantar pada Freud. Saat Anna merintih kesakitan, menurut
Freud rintihan itu tidak benar-benar suara rintih karena sakit semata tetapi
rintihan sakit yang ada suara kenikmatan didalamnya (ngeres ya…tetapi memang
benar seperti itu). Jadi menurut Freud sumber kesakitan itu tidak berada pada
kakinya tetapi kepalanya (hehehe biasa saja saja si Om Freud). Freud lalu
melakukan hipnotis (melumpuhkan sementara kesadaran). Berdasarkan diagnose
hipnotis, diceritakan Anna (dalam ketidaksadarannya) bahwa ia tinggal bersama
ayahnya yang lumpuh dan sakit. Setiap saat ia harus merawat ayahnya. Hal ini
membuat Anna kehilangan masa mudanya sebagai wanita. Ia merasa iri pada
saudarinya yang telah menikah. Sesekali Anna memang pergi berpesta dan berdansa
tetapi semua itu tidak cukup baginya. Suatu kali ia menghadiri pesta dansa,
saat ia bersenang-senang, ia mendapat kabar bahwa sakit ayahnya kambuh. Ia
merasa sangat bersalah. Pada waktu-waktu lainnya, ia sering menghabiskan
waktunya dibukit-bukit sekadar menghirup
udara segar, saat-saat seperti itu ia merenungkan kehidupannya. Ada peperangan
id, ego, dan super ego di sana, di dalam kepalanya.
Freud
membuat kesimpulan bahwa keinginan id
Anna ingin menikmati hidup normal, memperoleh kesenangan seperti wanita
lainnya. Namun super egonya, menghalangi hal itu, yaitu rasa
bertanggung jawab pada ayahnya. Ketidakmampuan Anna mempertemukan
dua sisi berbeda ini menyebabkan egonya
melakukan tindakan ‘menyalurkan sakitnya pada fisik’ yang oleh Freud disebut
sebagai ‘literalisasi metafora’. Artinya ketaksadaran Anna memerintahkannya
untuk lebih baik sakit agar seperti ayahnya. Dengan demikian ia punya alasan
untuk tidak bersenang-senang. Ia juga berpikir sakit seperti ayahnya menjadi hukuman yang layak baginya karena telah meninggalkan ayahnya untuk berdansa. Fisiknya lalu
merespon itu sebagai suatu kesungguhan dan ia merasakan sakit. Egonya melakukan realisasi dengan sakit
yang bernama histeria.
Jadi pertanyaan besar yang sulit
dijawab oleh teori psikoanalisis adalah dua hal berikut. Pertama, bagaimana ketaksadaran (the unconscious) bisa
dikenali, diamati, dan disimpulkan keberadaannya?. Kedua, Kesenangan/kenikmatan
(pleasure) seperti apa yang hanya bisa diekspresikan
melalui kesakitan (pain)?
kesadaran dan ketidaksadaran manusia layaknya gunung es. Kesadaran manusia tampak dipermukaan. Namun
ada ketidaksadaran di bawah permukaan yang tersembunyi dan tidak dibiarkan oleh
kesadaran muncul ke permukaan. Misalnya, ada orang sering mimpi melihat setan,
dikejar setan, diajak gandengan sama setan, traveling
bersama setan hehe. Ia tidak tahu apa sebabnya selalu ada setan dalam bunga
tidurnya (tidak cocok ya.. isi mimpi dan diksi bunga). Bisa saja ini karena suatu
waktu saat masih kecil kakak atau ayah atau ibu sering menakuti-nakuti dia
dengan setan. Dia tidak ingat lagi kejadian saat kecil. Hal ini terkubur dalam
ketidaksadarannya dan muncul ke kesadaran lewat mimpi (alias lulus sensor dari
kesadaran).
Contoh
lain, jika kita tidak menyukai seseorang, maka reaksi yang sesuai adalah sikap
acuh tak acuh atau sejenisnya. Namun sebagai manusia yang sopan santun kadang
kita menyembunyikan hal tersebut. Jika kita bertemu orang tersebut, yang kita
lakukan adalah pura-pura senyum, pura-pura menyapa, dll. Manusia menyembunyikan
id-nya dan super ego-nya. Prilaku yang mencul kepermukaan adalah ego. Ego itu
bisa didominasi id, bisa juga didominasi super ego. Namun jangan lupa id adalah
sumber energi bagi ego maupun super ego. Id mampu melumpuhkan ego maupun super
ego.
Jadi
menurut Freud ketaksadaran dapat dikenali, diamati, dan disimpulkan keberadaannya
dalam kepala manusia melalui prilakunya. Ketaksadaran memang tidak memiliki
peta pasti dalam otak manusia. Namun oleh Freud dinyatakan bahwa ketaksadaran
itu ada disuatu tempat di dalam kepala manusia entah di bagian mana. *Mudah-mudahan yang baca tidak pusing ya…*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar