Kamis, 20 Desember 2018

Punya Seseorang

Photo by Bruder Piter Sii

Akhir-akhir ini, Goreti merasa resah dengan kehidupannya. Ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia mulai mempertanyakan tentang eksistensi dirinya. Sederet pertanyaan menggerogoti otaknya…menuntut jawaban akan keresahannya. Dari semua pertanyaan itu, pertanyaan yang paling mendasar adalah, “Mengapa aku tidak sepopuler Clara?”
Pertanyaan itu bukan tanpa alasan…., Clara itu cantik tapi Goreti juga tidak jelak. Namun banyak pria lebih tertarik pada Clara daripada dirinya. Akhir-akhir ini Goreti banyak menghabis waktunya bersama Clara. Mereka teman sekelas tetapi tidak bersahabat. Gara-gara tugas Pak Mahmud, mereka harus selalu bersama selama satu semester… baru saja sebulan bersama, Goreti merasa banyak hal yang salah dengan dirinya....
Misalnya saja, soal meng-upload foto, walau Cuma selfie, foto Clara selalu di-like lebih dari 300 dan setengah dari mereka memberi emoticon love. Sedangkan kalau dirinya yang meng-upload foto….., syukur-syukur kalau yang like lebih dari sepuluh orang, yang beri emoticon love cuma satu, sudah pasti, tanpa harus dilihat, dia pasti Greg. Ahhhhhhhhhhh belum lagi bunyi  komentar yang jauh berbeda…kalau di foto Clara, “Aduhhhh cantik buangettttt asli…”, “Simple tapi wowwww”, “Bidadari yang nyata”, “yang punya…. beruntung sekali.” Sedangkan pada fotonya, yang mengomentari…sudah pasti, Greg dengan kalimat yang selalu  sama  “Pacaran yuk…”, berikutnya si Andini atau Santi sahabatnya “Sebentar kerja tugas ya…”, “Cie2 baju baru..” atau taman-teman kelas lainnya dengan komentar standar lainnya.
Hehhhhhhhhhhhhhhmmm Goreti menghela nafasnya sambil logout dari facebook-nya. Ia merapikan buku ke dalam tasnya, “Haiii ke perpus yukkkkk” ajak Clara. Goreti mengikutinya dengan senyum simpul. Sungguh Clara itu ramah, ia seharusnya bisa seramah Clara..tetapi ia gadis yang canggung..
Beberapa orang menegur mereka di perjalanan menuju perpustakaan, lebih tepatnya menegur Clara, ia hanya ikut tersenyum saja. Sebentar-sebentar, mereka berhenti karena Clara harus ngobrol singkat dengan beberapa orang yang menyapanya. Saat di perpustakaan Clara terus  meminta maaf pada Goreti untuk ganggguan-gangguan kecil karena orang menyapanya.  Sumpah!!! Sumpah!!!! Goreti tidak merasa iri. Kalau ia iri, maka ia akan membenci Clara…yang ia rasakan bukan rasa benci,  hanya….hanya………… mengapa ia tidak seperti Clara, itu saja.  Mereka lalu pulang dengan tulisan tidak lebih dari setengah halaman.
Sekali dalam dua minggu mereka selalu besama. Beberapa bulan telah berlalu, entah mengapa selalu ada  rasa canggung yang tak dapat dijelaskan.   “Bib…bib…bib” HP Goreti berbunyi, ia membuka..ada pesan Clara “Gor…saya lagi sakit, hari ini kamu saja ya..yang kerja tugasnya.” Goreti bernafas lega, ia lebih suka sendiri daripada bersama Clara. Orang-orang akan selalu mengganggu. Sekali lagi ia membaca pesan itu, hemmmmmm bagimana juga dia bisa sepopuler Clara, namanya saja …benar-benar tidak asik, “GOR GOR….” Teman-temannya suka sekali memanggilnya begitu. Kenapa juga, ia bernama Goreti, mungkin kalau namanya Angela, Marieta, Rossa, akan lebih lebih berdampak pada aura feminim yang kuat. Ahhhhhh sudahlah…batinnya..  karena HP masih ditangannya, iseng Goreti membuka facebook-nya.. Status Clara muncul di timeline teratas,”Lagi sakit, lonely…” yang like 400 yang mengomentari sudah lebih dari 80 orang. Goreti lalu meletakan HP-nya. Ia kembali pada halaman buku cetak yang terpampang di depan matanya, di sana tertulis “kalau saya sakit, yang like berapa ya….”
****   
 Hari ini Goreti dan Clara bertemu di rumah Clara. Mereka kembali mengerjakan tugas yang diberikan. Clara masih tampak pucat. Mereka berdiskusi dengan serius tentang penelitian yang telah mereka kerjakan.
“Kamu pasti kelelahan, karena banyak yang datang menjengukmu”  Goreti memulai percakapan di sela-sela diskusi  serius.
“Kamu orang pertama yang menjengukku..” senyum Clara, “Kalau kerja tugas bisa diartikan menjenguk”
“Masa sihhhh…. Temanmu kan banyak”
“Iya.. mereka banyak.. senyumnya datar”
“Tapi menurutku…. mereka menyukaimu”
“Apakah kamu melihatnya begitu?” tawa Clara. Goreti sedikit canggung dengan percakapan yang pribadi itu. Tetapi rasa penasaran membuatnya bertahan pada zona percakapan tidak nyaman itu..
“Aku iri padamu” tiba-tiba Clara bersuara lagi
“Ehmmmm” Goreti mendongakan kepala, ia terkejut.
“Kamu punya Andini, Santi yang selalu bersamamu” Clara tersenyum tak acuh.
“Kamu juga punya….…..punya…..” Goreti terdiam, ia tidak bisa melanjutkan. Ia tidak tahu Clara bersama siapa? Clara memang tidak benar-benar bersama seseorang, setiap hari ia berjalan dengan banyak orang,  orang yang berbeda-beda…. Ia tidak punya seseorang, seperti Andini atau Santi.
“Kamu juga punya Greg….”  
“Greg…hemmm, Greg bukan pacarku, lagian dia pria yang sangat biasa… tidak seperti banyak pria yang tertarik padamu, mereka sangat populer” jawab Goreti.
“Tetapi tidak ada satupun yang  setia mengejarku bertahun-tahun seperti Greg padamu”
*****
Hari ini, proyek satu semester berakhir. Andini meng-upload foto saat ia mempresentasikan tugasnya bersama Clara. Sudah sejam sejak di-Upload yang like cuma empat, Greg, Andini, Santi, dan Clara. Kolom komentar pertama sudah pasti “Pacaran yukk”…. Goreti tersenyum, Ahhhhhhhh ia sungguh tidak populer.
Pada timeline,  foto yang sama di-upload Clara, yang like sudah 300-an.. pada kolom komentar yang pertama tertulis,  “Wowwww….you are beautiful”.


      

Sabtu, 01 Desember 2018

Kampung Ka Sama



Seharusnya blog ini berganti nama, bukan blog Perempuan dan Sastra tetapi  blog rumpu-rampe atau cap-cai karena topik tulisannya  campur aduk. Sudah pernah diingatkan Kak Armin “Jangan menulis untuk memenuhi kebutuhan semua orang alias fokus,” tetapi saya tidak kuat………maunya menulis apa saja yang ingin ditulis. Jadi tujuan utama tulisan ini adalah memenuhi hasrat diri sendiri. Tulisan ini tentang Kampung Ka Sama. 
Sudah berapa kali kamu pindah tempat tinggal selama hidupmu? hehehe tidak termasuk tempat peristirahatan terakhir ya….(itu nanti),  kalau saya empat kali, satu dengan ortu, dua kali saat kuliah, dan terakhir sekarang…di Kampung Ka Sama. 
Bagi manusia lingkungan haruslah mampu menghidupkannya secara psikologis. Sebab salah satu kebutuhan manusia adalah rasa nyaman. Namun banyak orang kehilangan rasa nyaman pada lingkungannya. Cara saya mengatasi ketidaknyamanan adalah dengan mencari hal-hal kecil yang selalu membuat saya menyukai suatu tempat. Mari… saya kenalkan hal-hal kecil itu, mengapa saya mencintai kampung Ka Sama.
Matahari pagi dimana-mana itu sama, tapi kok di Kampung Ka Sama, beda ya...hehehe. Matahari pagi yang masuk lewat jendela kamar setiap pagi adalah hal pertama yang selalu saya syukuri. Perpaduan antara hangat dan terangnya mentari pagi memberi rasa segar. Apalagi ketika yang disuguhkan diluar jendela adalah tanaman hijau dan bukan tembok hehehehe (hakikat orang kampung).


Kampung Ka Sama itu identik dengan warna hijaunya. Perpaduan antara warna hijau, suara angin semilir, dan gemericik air...membuat kita sadar, musik alam adalah musik paling harmonis. 

Apalagi kalau sambil ngopi, asikkkkkk. Kopi…rasanya tetap sama, tetapi wadahnya pasti beda (hanya disawah kita menemukan gelas antik ini).

Kita akan selalu menemukan anak-anak di sawah… mengapa? Hehehe karena mereka tahu…di sawah selalu ada kopi dan sepotong kue..
Moment yang paling ditunggu adalah saat istirahat minum kopi...  
  
Hangatnya konpor, kompor gas, apalagi rice cooker tidak sebanding hangatnya  tungku api milik nenek. Hangatnya api, hitamnya periuk, dipadu dengan obrolan dan secangkir kopi...rasa lebih mewah daripada kafe. Menunggu air mandi dihangatkan sambil telanjang… etttsss  ini berlaku untuk lima tahun ke bawah.
Melihat perpaduan antara anak sekolah dan hujan, selalu memberi kita harapan bahwa masa depan itu cerah...  

Terakhir dan paling penting, yang membuat manusia itu betah karena orang-orang di sekitarnya. Orang Kampung Ka Sama itu masih memegang kehidupan adat secara kuat. Rasa  kekeluargaannya masih kental. Di sini masih ada orang yang mengetuk dapur sambil bilang, "Minta tepung kopi, kami punya habis e.. hahaha atau aduh.... minta air panas..saya belum masak air"  Mungkin karena 95%  mereka masih keluarga (ase kae, anak wina, anak rona, atau pang olo ngaung musi). Jangan heran kalau ribut, yang turun bukan satu kampung tapi satu keluarga…becanda...  
          

Tips Menulis di Blog

          Halo teman-teman, kira-kira masih bingung kalau mau tulis blog itu, bagaimana caranya? Sebenanrnya menulis itu tidak ada rumus yan...