Kamis, 07 Juni 2018

Catatan Perjalanan lanjutan..membunuh rasa jenuh karena delay


Masih tentang id, ego, dan super ego
Photo by Angela               Ngurah Rai Airport

            Sekarang lagi di ruang tunggu, waktu transit yang terlalu menjenuhkan,  yang lain buka hp, saya buka laptop (lebih canggih dari ukurannya) lebai sedikit  tidak apa-apalah... Masih ingat tulisan saya sebelumnya? Tentang id, ego, dan super ego. Tulisan ini kelanjutannya, dibaca ya…biar nyambung seperti sinetron. Agar tulisan ini mudah diserap, ayo kita berkenalan dengan orang yang memperkenalkan teori ini, Om Sigmund Freud 
            Sigmund Freud dikenal mampu menyembuhkan pasien-pasien dengan penderitaan psikis yang tidak dapat disembuhkan oleh tenaga medis atau dukun. Ada banyak pasien yang cukup menarik dan ia catat dalam bukunya sebagai subjek yang dipelajari. Namun saya akan mengulas satu pasien saja.
              Anna.O, (nama belakang keluarga disamarkan Freud) seorang wanita yang selalu merintih kesakitan pada kakinya dan sesekali ia tidak bisa berjalan. Namun dalam penglihatan medis, gadis ini tampak normal dan sehat. Ia lalu diantar pada Freud. Saat Anna merintih kesakitan, menurut Freud rintihan itu tidak benar-benar suara rintih karena sakit semata tetapi rintihan sakit yang ada suara kenikmatan didalamnya (ngeres ya…tetapi memang benar seperti itu). Jadi menurut Freud sumber kesakitan itu tidak berada pada kakinya tetapi kepalanya (hehehe biasa saja saja si Om Freud). Freud lalu melakukan hipnotis (melumpuhkan sementara kesadaran). Berdasarkan diagnose hipnotis, diceritakan Anna (dalam ketidaksadarannya) bahwa ia tinggal bersama ayahnya yang lumpuh dan sakit. Setiap saat ia harus merawat ayahnya. Hal ini membuat Anna kehilangan masa mudanya sebagai wanita. Ia merasa iri pada saudarinya yang telah menikah. Sesekali Anna memang pergi berpesta dan berdansa tetapi semua itu tidak cukup baginya. Suatu kali ia menghadiri pesta dansa, saat ia bersenang-senang, ia mendapat kabar bahwa sakit ayahnya kambuh. Ia merasa sangat bersalah. Pada waktu-waktu lainnya, ia sering menghabiskan waktunya dibukit-bukit  sekadar menghirup udara segar, saat-saat seperti itu ia merenungkan kehidupannya. Ada peperangan id, ego, dan super ego di sana, di dalam kepalanya. 
Freud membuat kesimpulan bahwa keinginan id Anna ingin menikmati hidup normal, memperoleh kesenangan seperti wanita lainnya. Namun super egonya, menghalangi hal itu, yaitu rasa bertanggung jawab pada ayahnya. Ketidakmampuan Anna mempertemukan dua sisi berbeda ini  menyebabkan egonya melakukan tindakan ‘menyalurkan sakitnya pada fisik’ yang oleh Freud disebut sebagai ‘literalisasi metafora’. Artinya ketaksadaran Anna memerintahkannya untuk lebih baik sakit agar seperti ayahnya. Dengan demikian  ia punya alasan untuk tidak bersenang-senang. Ia juga berpikir sakit seperti ayahnya menjadi hukuman yang layak baginya karena telah meninggalkan ayahnya untuk berdansa. Fisiknya lalu merespon itu sebagai suatu kesungguhan dan ia merasakan sakit. Egonya melakukan realisasi dengan sakit yang bernama histeria.          
Jadi pertanyaan besar yang sulit dijawab oleh teori psikoanalisis adalah dua hal berikut. Pertama, bagaimana ketaksadaran (the unconscious) bisa dikenali, diamati, dan disimpulkan keberadaannya?. Kedua, Kesenangan/kenikmatan (pleasure) seperti apa yang hanya bisa diekspresikan melalui kesakitan (pain)?
kesadaran dan ketidaksadaran manusia layaknya gunung es. Kesadaran manusia tampak dipermukaan. Namun ada ketidaksadaran di bawah permukaan yang tersembunyi dan tidak dibiarkan oleh kesadaran muncul ke permukaan. Misalnya, ada orang sering mimpi melihat setan, dikejar setan, diajak gandengan sama setan, traveling bersama setan hehe. Ia tidak tahu apa sebabnya selalu ada setan dalam bunga tidurnya (tidak cocok ya.. isi mimpi dan diksi bunga). Bisa saja ini karena suatu waktu saat masih kecil kakak atau ayah atau ibu sering menakuti-nakuti dia dengan setan. Dia tidak ingat lagi kejadian saat kecil. Hal ini terkubur dalam ketidaksadarannya dan muncul ke kesadaran lewat mimpi (alias lulus sensor dari kesadaran).
Contoh lain, jika kita tidak menyukai seseorang, maka reaksi yang sesuai adalah sikap acuh tak acuh atau sejenisnya. Namun sebagai manusia yang sopan santun kadang kita menyembunyikan hal tersebut. Jika kita bertemu orang tersebut, yang kita lakukan adalah pura-pura senyum, pura-pura menyapa, dll. Manusia menyembunyikan id-nya dan super ego-nya. Prilaku yang mencul kepermukaan adalah ego. Ego itu bisa didominasi id, bisa juga didominasi super ego. Namun jangan lupa id adalah sumber energi bagi ego maupun super ego. Id mampu melumpuhkan ego maupun super ego.    
Jadi menurut Freud ketaksadaran dapat dikenali, diamati, dan disimpulkan keberadaannya dalam kepala manusia melalui prilakunya. Ketaksadaran memang tidak memiliki peta pasti dalam otak manusia. Namun oleh Freud dinyatakan bahwa ketaksadaran itu ada disuatu tempat di dalam kepala manusia entah di bagian mana.  *Mudah-mudahan yang baca tidak pusing ya…*

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menulis di Blog

          Halo teman-teman, kira-kira masih bingung kalau mau tulis blog itu, bagaimana caranya? Sebenanrnya menulis itu tidak ada rumus yan...