Rabu, 06 Juni 2018

Catatan Perjalanan..ini note untuk diri sendiri



Photo by Angela               Taman UGM 
Id, Ego, dan Super Ego… siapa sih mereka?

                Saya mencoba menggali nama ‘’ Sigmund Freud” yang telah saya tidurkan lama dalam otak saya entah dibagian mana, lengkap dengan  teori tentang ‘’Id, Ego, dan Super Ego”-nya. Pada suatu waktu saya memutuskan cinta saya pada sastra dan lebih memilih sosiolinguistik sebagai pasangan hidup saya. Sebab bagaimanapun seorang harus punya kepastian. Tetapi sesekali sastra, bolehlah….bukan berselingkuh tetapi keseimbangan dibutuhkan manusia untuk tetap bertahan. Selain itu kataNYA ‘’Jika ingin waras tetaplah membaca karya sastra,”
                Jadi hari ini saya akan membagikan sedikit ilmu tentang “Psikoanalisis” sebagai metode yang dapat membaca karya sastra. Ini cuma narasi saja, berdasarkan daya tangkap lisan dan memori terbatas saya, jadi kalua suka terus dibaca…. Kalau tidak suka ‘harus tetap dibaca’ biar ilmu bertambah. Alasan harus tetap dibaca adalah  ‘ untuk mendapatkan ilmu ini, saya harus menempuh perjalanan selama 12 jam (Ruteng-Yogya) dengan latihan 8 jam (bersama HISKI), edisi jalan-jalannya disamarkan… tetapi teman-teman boleh menyerapnya dalam sekian menit saja…
                Dalam diri manusia terdapat tiga agen, yaitu id, ego, super ego. Id prinsipnya  adalah kenikmatan, ego prinsipnya realitas, dan super ego prinsipnya moralitas. Id, misalnya keinginan manusia akan makanan, kepuasan seks, atau kekayaan. Ego, misalnya cara yang dilakukan untuk mendapatkan keinginan id (bisa dibilang ego adalah hamba id). Super ego, misalnya norma, agama, atau moral yang mengontrol id agar tidak brutal atau bertindak seperti hewan, sehingga ia menyetel ego agar  bertindak dengan memperhatikan moral, norma, dll.
                Dalam kenyataannya, id adalah bagian terbesar dalam diri manusia. Ia yang menciptakan dan memberi energi pada ego dan super ego. Id dapat membunuh ego ataupun super ego jika itu tak menguntungkannya. Misalnya, jika manusia berada dalam krisis terdalam, ia tidak punya makanan dan lapar. Di hadapannya ada pisang dan tidak ada tuannya. Ia berniat memenuhi hasratnya dengan mencuri pisang. Namun hati nuraninya melarang karena itu dosa. Manusia itu tetap mencurinya karena beranggapan bahwa lebih baik ia hidup daripada mati kelaparan. Maka ia membunuh  super ego dan egonya dikuasai id. Tindakannya adalah ego yang ditunggangi id.
Id pun dapat menunggangi super ego, misalnya cerita Si Pitung tahun 90-an yang mengisahkan seorang yang  menjadi pembela rakyat miskin dengan cara menjarah dan membunuh penjajah Belanda yang kaya raya. Jadi atas nama kebaikan, id memerintahkan ego untuk memenuhkan hasratnya membalas dendam pada orang Belanda. Ia tidak merasa bersalah tetapi justru merasa menjadi pahlawan. Jadi saat itu ego yang bekerja atas dasar super ego sesungguhnya ditunggangi oleh id.
Jadi dalam kepala manusia ada peperangan, perundingan, diskusi antara id, ego, dan super ego. Jika id lebih dominan maka egonya akan menampakan prilaku abnormal, seperti psikopat. Jika ego mampu menjembatani id dan super ego dengan baik maka ada keseimbangan.  Sejatinya jika manusia dapat menerima bahwa dalam dirinya ada id dan dapat dikontrol dengan baik oleh super ego sehingga memunculkan ego yang baik maka manusia itu telah ‘matang’ atau filsafatnya manusia itu ‘bijaksana’ menjalankan hidupnya.
Kita dapat melihat cara kerja ketiga agensi ini dalam karya sastra. Bagimana caranya? Akan saya tuliskan dalam perjalanan pulang 12 jam ya…Yogya-Ruteng…
                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menulis di Blog

          Halo teman-teman, kira-kira masih bingung kalau mau tulis blog itu, bagaimana caranya? Sebenanrnya menulis itu tidak ada rumus yan...